MAKALAH
HELENISME
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
FILSAFAT
UMUM
Dosen Pengampu: Dr. MAT JALIL, M. Hum
Disusun Oleh:
Kelompok 7
1.
Mujadid Ahmad (1602030032)
2.
Agus Dwi Saputra (1602030037)
3.
Deasi Komalasari (1602030046)
FAKULTAS
SYARIAH
PROGRAM STUDY AL-AHWALUS SYAHSIYYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI (STAIN) JURAI SIWO
METRO
TAHUN 2016
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat allah swt. Atas
segala berkah dan rahmat-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini.
Shalawat dan salam tak lupa kami sanjung agungkan kepada junjungan kita
Nabiyullah Muhammad saw, sebagai Uswatun Hasanah yang patut kita teladani
Ucapan trimakasih kasih kami haturkan kepada dosen pengajar mata kuliah
filsafat umum, bapak Mat Jalil, M. hum yang telah membimbing kami dan memberi kami
kepercayaan untuk membahas salah satu materi Filsafat umum tentang “Helenisme”.
Akhir kata, “tiada gading yang tak retak”, kami sangat menyadari makalah
kami masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik
serta saran dari bapak dosen dan teman-teman guna menjadikan makalah ini lebih
baik kedepannya dan bernanfaat bagi pembaca, amin .
Metro, September
2016
Penyusun
Ii
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL................................................................................. i
KATA
PENGANTAR............................................................................... ii
DAFTAR
ISI............................................................................................. iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang............................................................................
B.
Rumusan
Masalah........................................................................
C.
Tujuan...........................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Helenisme ...........................................................................
B.
Masa Etik.......................................................................
1. Epikuros
2. Sekolah Setoa
3. Sekolah Skiptis...........................................................................
C.
Masa Religi.......................................................
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan......................................................................................
B.
Saran................................................................................................
C.
Daftar pustaka..................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setelah filusuf Yunani
klasik mencapai puncaknya dengan munculnya Aristoteles, pemikiran filsafat
Yunani merosot. Karena 5 abad sepeninggalan Aristoteles terjadi kekosongan,
sehingga tidak ada ahli pikir yang menghasilkan buah pemikiran filsafatnya
seperti Plato atau Aristoteles baru kira-kira 5 abad kemudian bangkitlah
pemikir yang genial seperti dia, yaitu Plotimus. Selama kira-kira lima abad itu
ada juga pemikir-pemikir yang berpengaruh, akan tetapi tidak sedalam pemikiran
Plato dan Aristoteles. Pokok-pokok yang menjadi bahan pemikiran telah membeku,
yaitu tentang jiwa, tubuh, pengamatan, pemikiran dan lain sebagainya, sedangkan
pokok permasalahan filsafat dipusatkan pada cara hidup manusia, sehingga orang
yang dikatakan bijaksana adalah orang yang mengatur hidupnya menurut budinya.
Zaman sesudah Aristoteles disebut zaman baru yang
dimulai dengan pemerintahan Alexander, zaman ini disebut Helenisme. Masa
Helenisme berarti kembali kepada ruh dan kebudayaan Yunani, masa ini terjadi
pemindahan pemikiran filsafat teoritis menjadi filsafat praktis dan semakin
lama semakin menjadi seni kehidupan. Masa Hellenisme dibagi menjadi dua yaitu,
masa etik dan masa religi. Masa etik meliputi sekolah Epikurus, Stoa, dan
Skeptis, pembahasan filsafat berkisar pada logika, fisika dan etika. Berikut
akan kami sajikan pembahasan mengenai Hellenisme dan pembagian-pembagiannya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Helenisme (etimologi & terminologi)?
2. Bagaimana helenisme masa etik dan pembagian serta
tokoh-tokohnya?
3. Bagamana helenisme masa religi?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa pengertian helenisme baik
secara bahasa (etimologi) maupun secara istilah (terminologi)
2. Untuk mengetahui pembagian serta tokoh-tokoh
helenisme masa etik.
3. Untuk mengetahui helenisme pada masa religi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Helenisme
Hellenisme secara etimologi diambil dari
bahasa Yunani kuno Hellenizein yang berarti “berbicara atau berkelakuan
seprti orang Yunani”. Hellenisme klasik: yaitu kebudayaan Yunani yang
berkembang pada abad ke-6 dan ke-5 SM. Hellenisme secara terminologi:
istilah yang menunjukkan kebudayaan yang merupakan gabungan antara budaya Yunani
dan budaya Asia kecil, Syiria, Metopotamia, dan mesir yang lebih tua. Lama
periode ini kurang lebih 300 tahun, yaitu mulai 323 SM (masa Alexander Agung
atau meninggalnya Aristoteles) hingga 20 SM. Hellenisme ditandai dengan fakta
bahwa perbatasan antara berbagai negara dan kebudayaan menjadi hilang.
Kebudayaan yang berbeda yang ada di jaman ini melebur menjadi satu yang
menumpang gagasan-gagasan agama, politik dan ilmu pengetahuan.[1]
Hellenisme
di bagi menjadi dua fase, yaitu fase Hellenisme dan fase Hellenisme Romawi.
Fase Hellenisme adalah fase yang ketika pemikiran filsafat hanya dimiliki oleh
orang-orang Yunani. Adapun fase Hellenisme Romawi ialah fase yang sudah datang
sesudah fase hellenisme, dan meliputi semua pemikiran filsafat yang ada pada
masa kerajaan romawi, yang ikut serta membicarakan peninggalan pikiran Yunani,
antara lain pemikiran Romawi di barat dan di timur yang ada di mesir dan di
siria. Fase ini dimulai dari akhir abad ke-4 sebelum masehi sampai pertengahan
abad ke-6, Masehi di Bizantium dan roma, atau sampai masa penerjemahan di dunia
arab.
Sebelum
filsafat yunani muncul, kebudayaa yunani telah mencitrakan khas berpikir yang
filosofi, sebagaimana mitos-mitos yang berkembang di yunani adalah bagian yang
menentukan kelahiran filsafat.
Dalam
filsafat yunani, unsur-unsur agama bersahaja yang berhalais sangat kental,
antara lain kepercayaan tentang adanya bnyak zat yang membekasi alam dan yang
menjadi sumber segala peristiwa alamiah, meskipundalam bentuk yang berada
dengan ajaran agama Yunani sendiri, karena zat yang berbilang dalam agama itu
dinamakan “dewa-dewa”, sedangkan dalam filsafat disebut “akal benda-benda
langit”,sebagaimana yang paham tentang “akal bulan” dengan “akal manusia”.
Ciri
pemikiran filsafat yunani ialah adanya cara berpikir yang tidak relawan dengan
realitas yang ada atau keberadaan yang benar-benar nyata menurut pemahaman
filosofis bukan eksistensi yang sesungguhnya, karena setiap realitas
menyembunyikan hakikatnya yang paling hakiki, sebagaimana adanya api yang
kemudian padam.
Filsafat
lahir untuk melepaskan diri dari kekuasaan aliran agama yang mengajarkan
agamanya dengan doktrin dan kekuaasaan. Filsafat mengajarkan segala hal yang
benar menurut rasio, ajaran yang menurut akal tigak dierima dikategorikan
ajaran agama yang mitos, sedangkan ajaran agama yang dibenarkan oleh akal fikiran
dinamakan filsafat. Secara umum, Helenisme juga ditandai dengan keraguan agama,
melarunya kebudayaan, dan pesimisme.
Terdapat
beberapa fenomena mengenai helenisme sebagai berikut:
1. Kontes Agama
Ciri umum pembentukan agama baru
sepanjang periode helenisme adalah muatan ajaran mengenai bagaimana umat
manusia dapat terlepas dari kematian. Ajaran ini sering kali merupakan rahasia.
Dengan menerima ajaran dan menjalankan ritual-ritual tertentu, orang yang
percaya dapat mengharapkan keabadian jiwa dan kehidupan yang kekal.
2. Konteks
Filsafat
Filsafat
bergerak semakin dekat ke arah ‘keselamatan’ dan ketenangan. Filsafat juga
membebaskan manusia dari pesisme dan rasa takut akan kematian. Dengan demikian
antara filsafat dan agama lambat laun mulai hilang.
3. Konteks
Ilmu Pengetahuan
Ilmu
pengetahuan helenistik pun terpengaruh oleh campuran pengetahuan dari berbagai
kebudayaan seperti di Alexandria dan
Athena .
Masa
Helenisme dibagi menjadi dua yaitu masa etik dan masa religi:
B. MASA ETIK
1. Epikuros (341-270 SM)
Epikuros dilahirkan di samos dan mengalami pendidikan
di athena. Menurut Epikuros ketakuta terhadap agama menjadi penghalang besar
untuk memperoleh kesenangan hidup. Tujuan dari filsfat Epikuros adalah menjamin
kebahagiaan manusoa. Filsafat harus merintis jalan mencapai kesenangan hidup,
Inti pemikirannya adalah berkisar pada logika, fisika dan etika. Menurut
Epikuros, tiada sesuatupun yang ada ditimbulksn oleh sesuatu yang tidak ada
sesuatu yang ada yang kemudian musnah menjadi tidak ada.
a. Logika
Logika
diistilahkan dengan kanonika, logika harus melahirkan norma untuk pengetahuan
dan kreteria untuk kebenaran (Hata, 1980:143). Norma dan kreteri diperoleh dari
pemandangan. Semua yang seseorang pandang adalah benar. Baik pandangan melalui
mata, fantasi dan angan-angan. Semua macam pandangan adalah benar menurut jiwa
yang memeandang (termasuk orang gila memandang pandangannya benar dan nyata
menurut pendapatnya). Pandangan adalah cetakan atau gambaran dari barang yang
sudah ada. Apa yang seseorang lihat atau tampak adalah barang yang sudah ada
didalam barang-barang yang mempunyai realita. Pengertian tidak lain adalah
bayangan ingatan seseorang dari pemandangan yang dulu-dulu, nama yang seseorang
berikan kepada barang-barang yang dilihat dulu membayang kembali pada ingatan
seseorang. Pandangan dalah kreterium yang setinggi tingginya untuk mencapai
kebenaran. Logika Epikuros tidak menerima kebenaran sebagai hasil pikiran,
kebenaran hanya bisa dicapai dengan ppemandangan dan pengalaman.
Tatanan
sosial kehidupan Epikuros menolak segala etik sosial, Semua hubungan
kemasyarakatan. Hidup adalah tersembunyi, tetapi dalam perkumpulan sekolahnya
rasa tersekutuan diperkuat persahabatan antara guru dan murid dipererat sekolah
Epikuros dimaksutkan untuk menghindarkan diri dari pengaruh luaran atas kaum
Epikuros, itulah sebabnya maka sekolah Epikuros disebut’’Taman Kuam Epikuros”
b. Fisika
Dunia bukan dijadikan dan dikuasai
oleh dewa-dewa, melainkan digerakkan oleh hukum fisika,dunia tidak satu
melainkan berbilang banyaknya,dunia timbul serperti jiwa manusia timbul
demikian lenyapnya.Jiwa manusia tidak terus hidup sesudah mati,karena itu tidak
menderita siksa dalam tanah dan di langit.M anusia sesudah mati tidak hidup
lagi dan hidup di dunia terbatas lamanya,hidup adalah sementara yang tidak
ternilai harganya,Sebab itu bualah dengan hidup itu apa yang dapat di
capai,setelah mati segala kesenangan hilang,selama hidup petiklah segala yang
baik.
Dunia di
gerakan oleh hukum fisika,dunia timbul seperti jiwa manusia,ad dan
lenyap,manusia tidak bahagia karena tiga hal :
1. Takut akan
dewa,manusia tidak perlu taku takan dewa,karena segala sesuatu di dunia ini
karena gerakan atom bukan karena dewa.
2. Takut akan
mati,manusia tidak perlu takut akan mati,jiwa manusia akan turut mati,tanpa
badan tidak ada jiwa,justru maut akan melepas manusia dari sakit dan sengsara.
3. Takut akn
nasib,manusia tidak perlu takut akan nasib sebab segala kejadian di muka bumi
ini di tentukan oleh gerak atom,manusia tidak akan bisa merubahnya.
c. Etika
Epikuros
bermaksud memberikan ketenangan batin (atarxia) kepada manusia, pokok etikanya
mencari kesenangan hidup meliputi badaniah dan rohaniah. Yang terpenting adalah
kesenangan dalam jiwa yang meliputi masa sekarang, masa lampau, dan yang akan
datang. Tujuan etiknya adalah memperkuat jiwa untuk menghadapi segala keadaan
(suka dan duka manusia hendaknya perasaannya sama). Pengikut Epikorusntidak
mengeluh/menangis bila meninggal orang yang dicintai, karna mati itu sudah
tidak ada, dan yang tidak ada itu tidak bernilai.tak perlu dirindukan. Yang
mengganggu ketenangan batin adalah ancaman ketakutan,
Ketakutan
terhadap murka dewa, maut dan terhadap nasib, ketakutan semacam itu tidak ada
alasannya, bukankah para dewa tidak ikut campur urusan dunia ini. Jagat Raya
terjadi karena gerak atom atom, Dewa menikmati kebahagiaan yang kekal, yang
tidak diganggu oleh siapa saja, termasuk manusia, karena itu Dewa tidak
mengganggu manusia.
Mati,
jiwanya dilarutkan ke dalam atom, kembali kepada asalnya, hukuman akhirat tidak
ada, setelah mati tidak menikmati apa-apa dan menderita apa-apa.Terhadap maut
orang tidak perlu takut, juga terhadap nasib, sebab nasib tidak ada, seseorang
sendiri yang menguasai hidupdan perbuatan seseorang. Tujuan hidup adalah Hadone
(Kenikmatan, kepuasan) jika batin tenang tubuh sehat.
Ketenangan
batin timbul bila segala keinginan tercapai, makin sedikit keinginan makin
besar kebahagiaan, kebahagian bukan berarti menikmti sesuatu yang melimpah
(banyak harta) . Kesenangan dan kebahagiaan paling utama adalah kesenangan
jiwa, karna kesenangan jiwa meliputi masa sekarang, lampau dan yang akan
datang. Ukuran baik ialah jikalau dalm keadaan yang kongkrot perasaan
menentukan perbuatan mana yang akan memberikan kepuasan.
2. Sekolah Stoa
Stoa didirikan oleh Zeno, saudagar yang dalam
pelayaran kapalnya pecah dilaut jiwa tertolong namun hartanya habis sama
sekali. Karna itu Zeno berhenti berniaga dan pergi belajar filsafat. Tujuan
filsafatnya adalah menyempurnakan moral manusia.
Ia mengajarkan
agar manusia jangan sampai bisa digerakkan oleh kegembiraan atau kesedihan
(jadi tahan diri dalam menghadapinya) dan menyerahkan diri tanpa syarat kepada
suatu keharusan yang tidak bisa ditolak dan yang menguasai segala sesuatu.
Filsafat Stoa dibagi menjadi tiga: logika, fisika dan etika, logika dan fisika
bagi Zeno dijadikan dasar etika.
a. Logika
Dengan menggunakan teori reproduksi,
buah pikiran benar, apabila pemandangan itu kena (Hatta, 1980:149) Pandangan
yang benar menggambarkan barang yang dipandang dengan terang dan tajam,
sehingga orang yang memandang itu terpaksa membenarkan dan menerima isinya.
Bila memandang suatu barang gambarannya tinggal diotak sebagai ingatan menjadi
pengalaman.
Pengamatan memperkenalkan kepada
jiwa benda yang tinggal dalam kenyataan, akan tetapi akal manusia mengusahakan
adanya penertian-pengertian umum mencangkup segala hal yang telah terjadi,
menurut Stoa pencentakan pikiran yang subjektif untuk memudahkan menggolongkan
barang-barang yang nyata.
B. fisika
Menurut Stoa ada dua dasar dunia
yaitu yang bekerja dan yang dikerjakan. Yang bekerja adalah Tuhan dan yang
dikerjakan materi., keduanya bertubuh, bedanya Tuhan terdiri dari benda yang
lebih halus dari materi. Benda-benda yang ada tidak akan sama, alam ini terbatas
dan bulat, keseluruhan merupakan kesatuan yang penuh dengan macam-mcam benda.
Tuhan menyebar keseluruhan dunia
sebagai “nyawa” sebagai api yang membangun menurut suatu tujuan. Semua yang ada
didunia adalah api dalam bebagai macam bentuk yaitu air, udara, tanah . Air dan
tanah adalah anasir positif, udara dan api menjadi anasir yang aktifdari kempat
anasir inilah berkembang dunia dengan segala isinya.
Dunia ini akan hancur dan pada akhir tahun
dunia akan terjadi kebakaran hebat dan semuanya menjadi api. Dari api terjadi
dunia yang sampai kepada bagian kecil. Dalam dunia selalu berganti hilang dan
timbul terdapat suatu kemestian yang tetap, kemestian itu sama dengan hukum
alam. Oleh karena itu,semua yang terjadi dalam dunia iniberlaku menurut hukum
alam dan rasio, keadaan ini membuat kaum Stoa mempunyai pandangan hidup yang
optimis, semua terjadi menurut kemestian dalam edaran yang tetap, terima semua
itu dengan sabar dan gembira.
Dunia dikuasai oleh Logos, yaitu
akal atau Ratio Ilahi. Logos mengatur dan memimpin segala sesuatu kepada suatu
tujuan. Segala sesuatu ditaklukan kepada hukum logos kepada nasib yang tidak
dapat diubah.
Kejahatan bersifat semu, sebab jahat
jika dilihat dari segi lain atau dari keseluruhan dunia adalah baik. Jiwa
bersifat Jasmaniah, karna jiwa bagian dari nafsu dunia, jiwa mewujudkan nafkah
hidup yang menjiwai dan menggerakkan tubuh, pusat jiwa adalah hati, tempat akal
dan pusat kehangatan hidup. Pemimpin manusia adalah akal, yaitu jiwa yang
memerintah, jiwa memeliki alat-alatnya yakni panca indra, setelah orang mati
jiwanya larut ke dalam jiwa duni/jiwa Ilahi.
c. Etika
Etika Stoa mencari dasar-dasar umum
untuk bertindak dan hidup yang tepat, kemerdekaan moril seorang adalah dasar
segala etik. Tujuan hidup yang tertinggi adalah memperoleh harta yang tebesar
nilainya yaitu kesenangan hidup. Kebijakan adalah akal yang benar (Recta Ratio) akal yang selaras dengan akal dunia. Bila dapat hidup sesuai
dengan akal baik akalnya sendiri maupun tatatertib dunia. Kebijakan terpenting
adalah hikmah atau kebijaksanaan. Kebahagian merupakan kebebasan terhadap
pengaruh dunia dan terhadap segala keadaan batin, kebahagiaan juga penguasaan
hidup dengan sempurna sehingga ketakutan ditiadakan baik terhadap manussia
maupun dewa.
Etika Stoa
cita-cita tertinggi Apatheia kedaan
tanpa pathe, tanpa rasa, Apatheia merupakan keadaan dimana manusia menguasai
segala gerak, perasaanya sehingga sekalipun manusia merasa sakit tidak akan
mengeluh.
Rasa efek bermacam-macam yaitu:
1. Nafsu
(hadone) timbul pengertian keliru terhadap benda-benda dunia
2. Keinginan
(Ephithumia) keliru terhadap benda-benda masa depan
3. Kesedihan
(Lipe) keliru terhadap kejahatan masa kini
4. Ketakutan
(Phebos) keliru terhadap kejahatan masa depan
Secara teoritis Stoa besifat
materialis, sevara praktis bermaksud membebaskan manusia dari belenggu benda,
dengan hidup rohani orang memperoleh ketenangan batin. Mnussia dihinggapi
penyakit bila mencita-citakan kekayaan, kehoramatan dan tanda-tanda
kebesarandari yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, Orang bijaksana
tidsk mempunyai nafsu yang meluap-luap ia dapat meneria segala dengan sabar.
Menjadikan manusia
merdeka menurut hukum alam, Manusia dapat berbuat leih dari binatang, ia dapat
membanding dan dapat menentukan apa yang sesuai dengan sifatnya atau tidak, hal
ini tergantung dari kemampuaannya untuk menimbang secara rasional.
Hukum kausalitas umum menjelaskan
bahwa tidak ada kemauan yang tidak mempunyai sebab, kemauan yang didorong oleh
rasio dan timbangan yang akan melahirkankesadaran kebijaksanaan yang melandasi
sebab tindakannya, manusia hidup menurut alamnya adalah manusia yang tunduk pada
hukum kausalitas, kemerdekaan tidak bertentangan dengan kemestian, melainkan
berporos padanya.
Aliran stoisisme atau stoa didirikan oleh zeno dari
citium siprus (336-264 sM). Prinsip penting di kalangan aliran stoa adalah
pandangannya yang bersifat materialistis, dengan kata lain yang ada itu adalah
benda.
Dalam aliran
ini filsafat dibagi kepada 3 bagian, ialah fisika yang berfungsi sebagai ladang
beserta pohon-pohonnya, logika berfungsi sebagai pagarnya dan etika berfungsi
sebagai buah-buahnya. Ajaran aliran ini dalam bidang etika memandang manusialah
yang mewujudkan keselarasan di dunia bersama dengan suatu kuasa rasio yang
bersifat ilahi.
c. Aliran
skeptitisme
Aliran skeptitisme dengan tokoh pyrrho yang berasal
dari elis (360-270 SM) menurut aliran ini pengamatan dan akal hanya memberi
pengetahuan yang bersifat relatif. Adapun kebahagiaan bagi aliran ini terletak
pada kesengajaan manusia tidak berbuat dan tidak membuat penilaian
d. Elektisisme
Suatu
kecenderungan umum yang mengambil berbagai unsur, filsafat dari aliran-aliran
lain tanpa berhasil pencapai suatu pemikiran yang sungguh-sungguh.
e. Neoplatonisme
Yakni paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat
plato, tokohnya adalah plotinus. Seluruh filsafatnya berkisar pada Allah
sebagai yang satu. Segala sesuatu berasal dari yang satu dan ingin kembali
kepadanya[1].
Meskipun
Plato dan Aristoteles telah berhasil memadukan pikiran-pikiran filsafat yang
sebelumnya, keduanya tidak dapat melarutkan sama sekali, karena pikiran-pikiran
filsafat tersebut adalah pemikiran bermacam-macam aliran yang boleh jadi
berbeda-beda pandangannya terhadap hidup dan alam ini. Aliran-aliran ini
adalah:
1.
Natural phylosophy dengan Democritas sebagai tokohnya dan
filosof-filosof Lonia, yang menghargai alam dan wujud benda setinggi-tingginya,
2.
“Aliran Ketuhanan” yang mengakui zat-zat yang metafisik, diwakili oleh
“aliran Elea” dan Socrates, yang mengatakan bahwa sumber alam indrawi adalah
sesuatu yang berada di luarnya.
3.
“Aliran Mistik” dengan Pythagoras sebagai tokohnya, yang bermaksud memperkecil
atau mengingkari nilai alam indrawi.
4.
“Aliran Kemanusiaan” yang menghargai manusia setinggi-tinggi dan mengakui
kesanggupannya untuk mencapai pengetahuan, serta menganggap manusia sebagai ukuran
kebenaran.
Aliran-aliran
filsafat tersebut telah mempengaruhi hasil pemikira filosof-filosof yang
mendatang, bagaimana pun kuat dan besarnya filosof-filosof.[3]
Pada fase
Hellenisme-Romawi, meskipun keseluruhan masa hellenisme-romawi mempunyai corak
yang sama, apabila mengingat perkembangannya, maka dapat dibagi menjadi tiga
masa, dan tiap-tiap masa mempunyai corak tersendiri.
Masa
pertama, dimulai dari empat abad sebelum masehi. Aliran-aliran yang terdapat di
dalamnya ialah:
1.
Aliran Stoa (Ar-Riwaqiyyah) dengan Zeno sebagai pendirinya. Ia
mengajarkan agar manusia jangan sampai bisa digerakkan oleh kegembiraan atau
kesedihan (jadi tahan diri dalam menghadapinya) dan menyerahkan diri tanpa
syarat kepada suatu keharusan yang tidak bisa ditolak dan yang menguasai segala
sesuatu.
2.
Alir epicure, dengan epicure sebagai pendirinya. Aliran ini mengajarkan bahwa
kebahagian manusia merupakan tujuan utama.
3.
Aliran skiptis (ragu-ragu) yang meliputi “ aliran phyro” dan “aliran
akademi baru”. Aliran skeptis mengajarkan bahwa untuk sampai pada kebenarannya,
manusia haruspercaya dulu bahwa segala sesuatu itu tidak benar, kecuali
sesudah dapat dibuktikan kebenarannya. Ajaran lain ialah bahwa pengetahuan
manusia adalah tidak akan sampai pada kebenaran, atau dengan perkataan lain
mengingkari kebenaran mutlak (objektif)
4.
Aliran eliktika-pertama (aliran seleksi)
Masa kedua, dimulai dari pertengahan abad sebelum masehi sampai
pertengahan abad ketiga masehi. Aliran ini terdapat pada masa ini ialah:(1)
aliran peripateki terakhir; (2)aliran stoa baru; (3) aliran epicure baru; (4)
aliran pythagoras; dan (5) aliran filsafat yahudi dan plato.[4]
Filsafat hellanisme- yahudi ialah sesuatu pemikiran filsafat, yaitu filsafat
yahudi dipertemukan dengan kepercayaan yahudi, dengan jalan penggabungan atau
mendekatkan salah satunya kepada yang lain, atau membuat susunan baru yang
mengandung kedua unsur tersebut.
Masa ketiga, dimulai dari abad ketiga. Masehi sampai pertengahan abad
keenam masehi di bizantium dan roma, atau sampai pertengahan abad ketujuh
atau kedelapan di iskandariah dan timur dekat (asia kecil). Pada masa ketiga
ini, kita mengenal aliran-aliran; (1) neoplatonisme; (2) iskadariyah; (3)
filsafat diasia kecil, yang terdapat di antiochia, harran, ar-ruha, dam
nissibis. Aliran-aliran ini merupakan kegiatan terakhir menjelang timbulnya
“aliran bagdad” yaitu aliran filsafat islam.
Diantara aliran-aliran filsafat dari masa ketiga, neoplanisme-lah yang
terpenting dan yang paling banyak pengaruhnya terhadap filsafat islam.
Aliran neoplatonisme merupakan rangkaian terakhir atau rangkain sebelum
terakhir dari fase hellenisme-romawi, yaitu fase mengulang yang lama dan bukan
fase mencipta yang baru. Neoplatonisme ini juga masih berkisar pada filsafat
yunani, tasawuf timur yang meramu dari masa filsafat yunani serta
menggabungkannya. Oleh karena itu, di dalamnya terdapat ciri-ciri
filsafat yunani yang kadang-kadang bertentangan agama-agama langit, yaitu agama
yahudi dan agama masehi, karena dasar filsafat tersebut ialah kepercayaan
rakyat yang memepercayai sumber kekuasaan yang banyak. Karena sistem pilihan
ini pula, di dalam neoplatonisme terdapat unsur-unsur platoisme, Phthagoras,
Aristoteles, Stoa, dan manusia, religiusitas dan keberhalaan.
Uberweg dalam bukunya Geschihte der Philosophie mengatakan bahwa aliran
Neoplatonisme dimulai dari abad pertama masehi dan berakhir pada pertengahan
abad keempat masehi, sedang menurut penulis lainnya berakhir pada pertengahan
abad ke tujuh masehi adalah masa aliran iskandariyah yang mengantikan aliran
neoplatonisme.
Perbedaan kedua aliran tersebut ialah:
1.
Neoplatonisme berkisar pada segi metafisika pada filsafat yunani, yang boleh
jadi dalam beberapa hal berlawanan dengan agama masehi, sedangkan aliaran
iskandariyah lebih condong kepada matematika serta alam dan meninggalkan
lapangan metafisika, dan keadaan ini bisa menyebabkan tidak adanya perlawanan
dengan agama masehi.
2.
Neoplatonisme lebih banyak mendasarkan pikirannya kepada seleksi dan pemaduan,
sedangkan aliran iskandariyah lebih banyak mengadakan ulasan-ulasan terhadap
pikiran-pikiran filsafat.
Ulasan-ulasan yang sampai kepada kaum muslimin datang dari aliran iskandariyah
dan aliran-aliran hellenisme-Romawi. Ada tiga ulasan, yaitu: (1) ulasan
dari golongan peripatetik dari masa sebelum neoplatonisme, terutama dari
iskandar Aphrodisias; (2)[5] ulasan dari
aliran neoplatonisme, terutama dari Porphyrius; mungkin ulasan ini bisa
menjelaskan adanya usaha dari Al-Farabi dan ibnu sina untuk mempertemukan agama
dengan filsafat-filsafat; (3) ulasan dari orang-orang iskandariyah seperti
Hermias, Stephanus, dan Joannes Philoponos.
[1] Imron,A.Ag.,M.A,Filsafat Umum (Palembang
Noer Fikri Offset,2013) hal., 4
[2] Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si. Filsafat
Umum Dari Metologi sampai Teofilosofi (Bandung CV PUSTAKA SETIA,2008)
hal., 98
[3] Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si. Filsafat
Umum Dari Metologi sampai Teofilosofi (Bandung CV PUSTAKA SETIA,2008)
hal., 99-100
[4] Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si. Filsafat
Umum Dari Metologi sampai Teofilosofi (Bandung CV PUSTAKA SETIA,2008)
hal., 101-102
[5] Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si. Filsafat
Umum Dari Metologi sampai Teofilosofi (Bandung CV PUSTAKA SETIA,2008)
hal., 102-103
Dartar pustaka
No comments:
Post a Comment